Data Journalism: Ketika Angka Bicara, Fakta Bicara Lebih Lantang 2025

wiaam rifqi

July 22, 2025

4
Min Read
Data Journalism

On This Page

cyberrhetoric.unsia Dalam era informasi yang serba cepat, jurnalisme tidak lagi cukup hanya mengandalkan narasi dan kutipan. Kini, data journalism menjadi ujung tombak dalam menyampaikan informasi yang akurat, terverifikasi, dan bermakna. Kombinasi antara keterampilan jurnalistik dan analisis data membuka ruang baru untuk menyampaikan cerita—bukan sekadar berdasarkan opini, tapi berpijak pada fakta terukur dan dapat diverifikasi.

Apa Itu Data Journalism?

Data journalism adalah pendekatan peliputan berita yang mengandalkan pengumpulan, pengolahan, visualisasi, dan interpretasi data sebagai dasar penulisan. Jurnalis tidak hanya mencari sumber manusia, tetapi juga sumber data: dari dataset pemerintah, survei, media sosial, hingga big data.

Menurut Simon Rogers, mantan editor The Guardian Data Blog, “Data journalism is not about graphics. It’s about telling a story with data as the source.” Dengan kata lain, grafik hanyalah alat bantu. Cerita tetap menjadi inti, dan data memperkuatnya.

Mengapa Data Journalism Semakin Dibutuhkan?

1. Ledakan Informasi

Setiap detik, dunia digital menghasilkan ribuan gigabyte data. Dari laporan keuangan, data kriminalitas, hingga perubahan iklim, semua tersedia—tetapi sering kali tidak terstruktur. Tugas jurnalis data adalah menyaring dan memaknai data ini menjadi narasi yang bisa diakses publik.

2. Meningkatkan Kepercayaan Publik

Dalam era disinformasi dan hoaks, data journalism menjadi alternatif yang kredibel. Mengutip data dari sumber resmi dan mengolahnya secara transparan meningkatkan kepercayaan pembaca terhadap media.

3. Mendukung Advokasi dan Akuntabilitas

Data bisa menjadi alat untuk mengungkap ketimpangan sosial, korupsi, atau ketidakadilan yang tidak kasat mata. Dengan data, cerita menjadi lebih kuat dan lebih sulit dibantah.

Baca Juga:Alat Jurnalisme Digital: Senjata Wajib Jurnalis Era Digital 2025

Komponen Utama dalam Praktik Data Journalism

1. Pengumpulan Data (Data Gathering)

Sumber data bisa berasal dari portal terbuka (open data), permintaan melalui UU KIP, scraping dari web, atau survei lapangan. Jurnalis perlu memastikan keabsahan, keterkinian, dan ketepatan konteks data.

2. Pembersihan dan Analisis (Cleaning & Analysis)

Data mentah seringkali kotor: duplikat, kosong, atau tidak konsisten. Di sinilah peran analisis data sangat vital—menggunakan tools seperti Excel, Python (Pandas), R, atau Tableau untuk merapikan dan membaca pola.

3. Visualisasi Data (Data Visualization)

Grafik, peta interaktif, dan dashboard membantu menyederhanakan informasi kompleks. Namun, visualisasi bukan tujuan akhir—melainkan jembatan agar cerita lebih mudah dipahami.

4. Narasi Jurnalistik

Data yang kuat tetap memerlukan storytelling. Jurnalis data harus bisa menjawab: “Apa cerita di balik angka ini?” dan “Mengapa pembaca harus peduli?”

Contoh Nyata: Investigasi Menggunakan Data

Salah satu contoh ikonik adalah proyek Panama Papers yang dilakukan oleh ICIJ (International Consortium of Investigative Journalists). Ribuan dokumen finansial dibocorkan dan diolah dengan pendekatan data journalism untuk mengungkap jaringan perusahaan cangkang dan penghindaran pajak global.

Di Indonesia, Beritagar.id dan Tirto.id pernah menyajikan investigasi harga bahan pokok, distribusi vaksin COVID-19, hingga isu ketimpangan pendidikan dengan pendekatan visualisasi data yang mudah dicerna.

Tantangan dalam Penerapan Data Journalism

1. Literasi Data yang Masih Rendah

Banyak jurnalis belum terbiasa membaca atau menginterpretasi data dalam jumlah besar. Di sisi lain, banyak analis data yang belum mampu menyusun narasi yang engaging. Kolaborasi lintas bidang menjadi kunci.

2. Kurangnya Sumber Terbuka dan Akses Data

Meskipun pemerintah memiliki portal open data, namun tidak semua update secara rutin atau dalam format yang ramah analisis. Jurnalis harus kreatif dan gigih dalam mengakses informasi publik.

3. Etika dan Validasi

Tidak semua data harus dipublikasikan. Perlu ada pertimbangan etika, privasi, dan keberimbangan. Selain itu, validasi lintas sumber sangat penting untuk mencegah kesalahan interpretasi.

Tips bagi Jurnalis dan Analis Pemula

  • Mulailah dari proyek kecil. Misalnya: tren kecelakaan lalu lintas di satu kota selama lima tahun.

  • Belajar tools sederhana dulu. Google Sheets, Flourish, dan Datawrapper bisa jadi awal yang baik.

  • Kolaborasi lintas keahlian. Jurnalis belajar dari analis data, begitu juga sebaliknya.

  • Konsisten verifikasi sumber. Validasi adalah tulang punggung EEAT.

  • Jadikan data sebagai pelengkap cerita, bukan penggantinya.

Masa Depan Jurnalisme Ada pada Data

Data journalism bukan sekadar tren, tapi evolusi dari jurnalisme itu sendiri. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap media, data memberikan pijakan yang kuat untuk menyampaikan informasi yang akurat dan kredibel. Bagi para jurnalis dan analis data, kini saatnya untuk bersinergi—menerjemahkan angka menjadi cerita, dan menjadikan fakta sebagai tameng utama di era banjir informasi.

Baca Juga:Apa Itu Jurnalisme Digital? Panduan Lengkap untuk Pemula dan Mahasiswa Jurnalistik 2025

Related Post

Leave a Comment